Kuretase atau kuret adalah prosedur pengangkatan jaringan dalam rahim yang biasa dilakukan untuk masalah tertentu. Misalnya adalah membersihkan rahim pasca aborsi atau keguguran. Di samping itu, kuretase juga dilakukan untuk mendiagnosis suatu masalah dalam rahim.
Prosedur ini akan dilakukan oleh tim medis untuk membersihkan jaringan yang tertinggal dalam rahim. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu kuretase, tujuan, dan risikonya, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Apa itu Kuret?
Kuretase atau kuret adalah suatu proses yang dilakukan terhadap wanita untuk mengeluarkan dan mengambil jaringan dalam rahim. Dalam dunia medis, kuret adalah istilah untuk menyebutkan alat saat menjalani proses kuretase. Istilah ini juga memiliki sebutan lain, yaitu Dilation and Curettage (D&C).
Prosedur kuretase ini umumnya terjadi setelah wanita mengalami keguguran pada awal kehamilan atau masih berada di trimester pertama. Proses ini juga berkaitan dengan dilatasi, yaitu pembukaan serviks atau leher rahim karena serviks yang tak bisa terbuka sendiri pasca mengalami keguguran. Dalam kondisi persalinan pervaginam, leher rahim umumnya akan terbuka dengan sendirinya akibat mendapatkan dorongan dari bayi.
Akan tetapi, pada kondisi keguguran, tubuh seorang wanita tidak mendapatkan rangsangan apapun untuk membuka leher rahimnya. Maka dari itu, saat menjalani kuretase, Moms harus melewati prosedur dilatasi terlebih dulu agar leher rahim dapat terbuka. Setelah itu, barulah dokter akan menerapkan prosedur kuretase untuk membersihkan isi rahim menggunakan alat kuret.
Tujuan Kuretase
Kebanyakan wanita mungkin menganggap bahwa kuretase hanya termasuk sebagai prosedur untuk membersihkan rahim pasca keguguran. Padahal, kuretase memiliki tujuan lain yang tak kalah pentingnya. Adapun beberapa tujuan kuret adalah sebagai berikut:
1. Mendiagnosis Masalah Kewanitaan
Salah satu tujuan kuretase adalah untuk mendiagnosis adanya masalah kewanitaan tertentu. Sebelum menjalani prosedur ini, dokter kemungkinan akan menyarankan agar Moms menjalani prosedur pengambilan sampel endometrium atau biopsi endometrium. Tujuannya adalah untuk mendiagnosis suatu kondisi tertentu.
Di sisi lain, pengambilan sampel ini bisa dokter lakukan apabila Moms mengalami pendarahan pada rahim yang tidak biasa, pendarahan setelah menopause, atau memiliki sel endometrium yang tidak biasa dan umumnya akan dokter jumpai ketika menjalani tes untuk kanker serviks.
Sampel jaringan dari endometrium yang telah dokter ambil akan melalui tahap pengujian di laboratorium. Tes tersebut umumnya bisa memeriksa sejumlah kondisi, seperti kanker rahim, polip rahim, maupun hiperplasia intraepitel, yaitu suatu kondisi prakanker ketika endometrium menjadi lebih tebal.
2. Pengobatan
Tujuan kuret lainnya adalah untuk pengobatan. Biasanya, pengobatan yang dokter lakukan adalah untuk menghilangkan tumor maupun jaringan dari hamil anggur, menghilangkan polip serviks atau rahim yang tidak bersifat kanker, hingga mengobati pendarahan berlebihan pasca persalinan dengan cara membersihkan plasenta yang belum keluar dari rahim.
Prosedur kuretase ini bisa dokter lakukan dengan prosedur lainnya, misalnya adalah histeroskopi. Selama pelaksanaan histeroskopi, tim medis akan memasukkan suatu alat berukuran tipis yang memiliki kamera serta lampu di bagian ujungnya ke dalam vagina lewat serviks, serta ke dalam rahim.
Alat tersebut akan membantu dokter untuk memeriksa lapisan rahim atau endometrium pada layar. Pada pemeriksaan tersebut, dokter bisa mengecek area yang tampak tidak biasa, adanya polip, maupun pengambilan sampel jaringan. Bukan hanya itu, selama menjalani prosedur histeroskopi ini, tumor fibroid serta polip rahim juga dapat diangkat.
3. Keguguran atau Pasca Melahirkan
Tujuan kuretase yang terakhir adalah untuk menangani wanita yang usai keguguran atau pasca melahirkan. Cara ini bertujuan untuk membuang jaringan yang masih terdapat di dalam rahim. Hal ini juga bisa dokter lakukan terhadap ibu usai melahirkan untuk membuang sisa plasenta. Prosedur tersebut bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan hebat maupun infeksi pasca melahirkan.
Risiko yang Terjadi saat Kuretase
Kuretase bisa menimbulkan beberapa risiko meskipun jarang terjadi. Adapun beberapa risiko yang mungkin terjadi saat kuret adalah sebagai berikut:
- Terbentuknya jaringan parut di dalam rahim maupun di sekitar serviks (Sindrom Asherman). Kondisi tersebut bisa mengganggu kesuburan hingga mengubah siklus menstruasi.
- Perdarahan berat.
- Infeksi.
- Terbentuknya lubang di dinding rahim atau perforasi.
Meskipun beberapa komplikasi setelah menjalani kuretase jarang terjadi, tetapi Moms perlu segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami sejumlah situasi. Misalnya adalah demam, nyeri di area perut, perdarahan setelah kuretase yang berlangsung lama, hingga keputihan dengan bau tak sedap. Dengan begitu, dokter bisa memberikan penanganan lanjutan terhadap Moms.
Penutup
Demikian informasi lengkap mengenai apa itu kuret, tujuan, hingga faktor risiko yang timbul. Pada dasarnya, kuretase adalah prosedur pembersihan rahim yang biasa dijalani oleh wanita keguguran.
Nah, jika Moms tak ingin menjalani prosedur ini, sebaiknya jaga kesehatan kandungan sejak trimester pertama. Dengan begini, kemungkinan kehamilan sehat pun akan meningkat. Apabila ingin mengetahui tips menjaga kandungan, simak selengkapnya dalam situs New Life!