Saat mengalami keguguran, ibu umumnya akan menjalani prosedur yang dinamakan dengan kuretase atau kuret. Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat jaringan endometrium yang tersisa di dalam rahim. Nah, meskipun dijalani dengan aman dan steril, prosedur ini juga bisa menyebabkan efek samping. Salah satu efek samping kuret adalah pendarahan berlebihan.
Pada dasarnya, setelah menjalani kuret, ibu memang akan mengalami pendarahan ringan. Namun, ketika pendarahan terjadi secara berlebihan, sebaiknya ibu segera mengunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Nah, agar lebih paham seputar efek samping kuret, simak selengkapnya dalam bacaan berikut ini!
Efek Samping Kuret
Kuretase adalah suatu prosedur yang akan dokter lakukan untuk mengeluarkan jaringan di dalam rahim. Prosedur ini biasanya bertujuan untuk mengatasi masalah saat wanita mengalami keguguran, terlebih ketika masih berada di usia pertama kehamilan.
Selain itu, kuretase juga bisa membantu menemukan masalah kesehatan tertentu, seperti dugaan kanker, perdarahan pasca menopause, hingga perdarahan rahim abnormal.
Sebelum menjalani prosedur kuretase, dokter umumnya akan melakukan dilatasi terlebih dulu. Tujuannya adalah untuk membuka leher rahim. Sebab, saat mengalami keguguran, tidak ada rangsangan yang membuka leher rahim secara alami, sehingga dokter membutuhkan alat bernama cervical dilator. Selanjutnya, dokter bisa memulai prosedur kuret atau kuretase untuk mengangkat jaringan endometrium atau jaringan lainnya.
Nah, meskipun dokter melakukannya secara hati-hati, setiap prosedur medis tentu bisa memicu terjadinya efek samping. Adapun beberapa efek samping kuret yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
Salah satu efek samping kuret adalah ibu mengalami pendarahan parah. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, pasca kuret, umumnya ibu akan mengalami pendarahan ringan dalam waktu beberapa hari.
Namun, jika dinding rahim mengalami luka, ibu berisiko mengalami perdarahan hebat. Salah satu cara mengatasinya yang biasa dokter lakukan adalah dengan melakukan penjahitan.
2. Perforasi Rahim
Perforasi rahim adalah komplikasi pasca kuretase yang terjadi ketika terbentuk lubang di area dinding rahim. Penyebabnya adalah penggunaan alat kuret selama menjalani prosedurnya.
Apabila perforasi merusak organ lain di sekitar rahim maupun pembuluh darah, umumnya dokter akan melakukan operasi kembali guna memperbaikinya.
3. Kerusakan Jaringan Leher Rahim
Efek samping kuret lainnya adalah terjadinya kerusakan jaringan leher rahim atau serviks. Hal ini berisiko terjadi ketika peralatan operasi dimasukkan ke dalam tubuh yang rentan membuat leher rahim robek.
Kondisi ini bisa memicu terjadinya perdarahan. Nah, saat hal itu terjadi, dokter atau tim medis akan segera menekan area luka, menjahitnya, maupun memberikan obat pembeku darah demi menghentikan perdarahan.
4. Infeksi
Efek samping kuret selanjutnya adalah mengalami infeksi. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini bisa timbul akibat proses kuretase yang kurang higienis.
Biasanya, infeksi akan membuat ibu mengalami sejumlah masalah kesehatan, seperti demam, nyeri perut, maupun keluarnya darah dari vagina. Untuk mencegah infeksi pasca kuretase, dokter biasanya akan memberikan antibiotik terlebih dulu.
5. Jaringan Parut pada Rahim
Efek samping kuret yang terakhir adalah munculnya jaringan parut pada dinding rahim atau sindrom Asherman. Kondisi ini bisa memengaruhi kesuburan pasca kuretase. Alhasil, siklus menstruasi pun menjadi tidak stabil. Selain itu, munculnya jaringan parut ini juga bisa membuat wanita mengalami nyeri hebat ketika sedang menstruasi.
Di sisi lain, sindrom Asherman juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesuburan dan memicu keguguran. Bahkan, pada beberapa kasus wanita yang mengalami sindrom Asherman cenderung sulit untuk hamil.
Apabila sedang hamil, jaringan parut tersebut rentan menghambat tumbuh kembang janin dalam kandungan. Biasanya, untuk meningkatkan peluang kehamilan pada wanita yang mengalami sindrom Asherman, dokter akan menyarankan untuk operasi.
Pemulihan Pasca Menjalani Kuret
Pasca menjalani kuret, umumnya ibu membutuhkan waktu sekitar selama beberapa hari untuk memulihkan diri. Biasanya, ibu bisa kembali beraktivitas dalam waktu sekitar 2 hari setelah kuret. Di sisi lain, siklus menstruasi umumnya akan kembali pulih setelah melalui 2-3 kali siklus.
Nah, untuk menjaga kesuburan setelah melakukan kuret, ibu bisa menerapkan gaya hidup sehat. Misalnya adalah dengan menjaga asupan cairan dalam tubuh untuk mencegah dehidrasi atau mengonsumsi makanan bergizi, seperti sayuran, buah-buahan, makanan yang kaya akan kandungan zat besi, maupun protein.
Di sisi lain, ibu juga bisa menjaga tubuh agar tetap aktif dengan melakukan olahraga ringan selama tiga kali per minggu. Olahraga umumnya dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dan membantu menjaga kesehatan organ kewanitaan. Di samping itu, ibu juga bisa berkonsultasi kepada dokter untuk mengetahui perkembangan kondisi rahim setelah menjalani kuret.
Penutup
Itulah beberapa efek samping kuret dan proses pemulihan setelah menjalani prosedurnya. Pada umumnya, setelah melakukan kuret, ibu bisa mengalami efek samping.
Meskipun begitu, beberapa jenis komplikasi cenderung jarang terjadi. Akan tetapi, sebaiknya ibu tidak mengabaikan kondisi tersebut begitu saja.
Nah, agar tidak mengalami efek samping pasca kuretase, sebaiknya ibu memperhatikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Di samping itu, ibu juga perlu menjaga kondisi kehamilan agar tidak mengalami keguguran dan menghindari prosedur kuretase. Jika ingin mengetahui informasi lain untuk menjaga kesehatan kehamilan agar tidak mengalami keguguran, simak dalam situs New Life!