fbpx

Penyebab Bayi Kuning, Risiko Komplikasi, & Cara Menanganinya

Penyebab Bayi Kuning, Risiko Komplikasi, & Cara Menanganinya

Bayi kuning adalah kondisi yang kerap menimpa bayi saat baru lahir. Meskipun tidak berbahaya, tetapi Bunda perlu lekas menanganinya agar terhindar dari risiko yang tak diinginkan. Adapun penyebab bayi kuning sendiri adalah penumpukan bilirubin atau zat kuning dalam darah, sehingga membuat kulit maupun bagian putih mata bayi menguning.

Selain itu, penumpukan bilirubin ini juga bisa timbul karena beberapa kondisi. Untuk mengetahui penyebab lain dan cara mengatasi penyakit kuning pada bayi, yuk simak artikel berikut ini!

Penyebab Bayi Kuning

Bayi kuning adalah suatu kondisi yang menyerang bayi baru lahir dan membuat kulitnya berwarna kuning. Pada dasarnya, kondisi ini terjadi karena adanya penumpukan bilirubin di darah si kecil. Bilirubin adalah zat kuning yang berasal dari proses penghancuran sel darah merah dalam organ hati. Maka dari itu, penyakit kuning umumnya terjadi pada bayi yang organ hatinya belum mampu bekerja secara optimal.

Nah, penumpukan bilirubin pada darah bayi ini bisa terjadi karena beberapa hal. Adapun beberapa penyebab bayi kuning adalah sebagai berikut.

  • Bayi mengalami penurunan berat badan secara drastis. Hal ini bisa terjadi akibat asupan ASI pada si kecil yang kurang.
  • Bayi mengalami kelahiran prematur. Alhasil, kondisi hatinya masih belum berfungsi dengan baik. Kondisi ini umumnya menyebabkan penyakit kuning selama kurang lebih dua minggu.
  • Ibu hamil menderita penyakit diabetes.
  • Bayi lahir menggunakan metode induksi. Hal ini menyebabkan bertambahnya kadar oksitosin di tubuh bayi, sehingga memicu gejala penyakit kuning ketika bayi lahir.
  • Bayi yang lahir sebelum Hari Perkiraan Lahir atau HPL.
  • Bayi mengalami pendarahan internal yang membuat tubuhnya memar saat lahir.
  • Si kecil memiliki riwayat kelainan sel darah merah.
  • Si kecil mengalami infeksi selama dalam kandungan.
Baca Juga  8 Cara Cepat Menghilangkan Sakit Pinggang, Aktif Olahraga!

Pada umumnya, sejumlah kondisi di atas menyebabkan peningkatan kadar bilirubin. Padahal, bilirubin yang meningkat drastis bisa berdampak pada kerusakan fungsi otak atau kernikterus. Itulah sebabnya, penting bagi Bunda untuk membantu menjaga kadar bilirubin dalam tubuh bayi dengan pencegahan sejak dalam kandungan.

Risiko Komplikasi Bayi Kuning

Si kecil yang mengalami penyakit kuning dan tidak segera mendapatkan penanganan bisa membuat kadar bilirubin dalam tubuhnya semakin tinggi. Hal ini bisa menyebabkan beberapa risiko komplikasi. Adapun beberapa risiko komplikasi penyakit bayi kuning adalah sebagai berikut.

1. Kernikterus

Salah satu risiko komplikasi penyakit kuning pada si kecil adalah kernikterus atau kerusakan otak permanen. Kondisi ini membuat sejumlah fungsi tubuh menjadi lemah. Misalnya terhambatnya perkembangan lapisan luar gigi atau email gigi, sulit bicara, cerebral palsy, hingga kelemahan otot.

2. Ensefalopati Akut

Risiko komplikasi penyakit kuning pada bayi berikutnya adalah ensefalopati akut. Kondisi ini terjadi ketika bilirubin dalam darah bayi mengalir masuk ke otak dan merusak sel-selnya. Adapun beberapa gejala ensefalopati akut adalah bayi mengalami muntah, demam, lesu, sulit bangun tidur, sulit mengisap puting Bunda, lebih mudah gelisah dan rewel, serta leher dan tubuh melengkung ke belakang. Ensefalopati akut yang tak mendapatkan penanganan yang tepat umumnya bisa menyebabkan kerusakan otak permanen.

Cara Mengatasi Bayi Kuning

Pada dasarnya, penyakit kuning pada bayi bisa sembuh dalam waktu 10 hingga 14 hari tanpa perawatan khusus. Akan tetapi, jika kondisi ini terjadi akibat penyakit tertentu, maka Bunda perlu membawanya ke dokter agar memperoleh penanganan yang tepat.

Adapun beberapa cara mengatasi bayi kuning adalah sebagai berikut:

1. Secara Medis

Bayi yang mengalami penyakit kuning dan membuatnya tampak lemas, merasa mengantuk yang dalam, malas menyusu, hingga mengalami kejang, sebaiknya lekas periksakan ke dokter. Pada dasarnya, ada dua jenis penanganan utama untuk bayi kuning secara medis, antara lain yaitu.

  • Fisioterapi, yaitu cara penanganan medis yang dilakukan dengan pencahayaan guna mengubah bilirubin dalam darah ke dalam bentuk tertentu agar mudah terurai dalam hati, sehingga bisa keluar.
  • Transfusi tukar atau exchange transfusion, yaitu prosedur media untuk mengeluarkan darah bayi melalui kateter yang akan dokter letakkan pada pembuluh darah, lalu menggantinya dengan darah donor yang cocok.
Baca Juga  Mengenal Penyebab Kehamilan Kembar dan Ciri-cirinya, Simak!

Pada umumnya, bayi yang sudah mendapatkan penanganan seperti di atas akan lekas sembuh dan membaik. Sebab, bilirubin telah keluar dalam bentuk gas atau berganti dengan darah baru.

2. Secara Alami

Selain menggunakan cara medis, bayi kuning yang terjadi secara fisiologis bisa Bunda atasi dengan mengontrol kadar bilirubinnya agar tidak meningkat. Adapun caranya adalah dengan memberikan ASI maupun susu formula yang cukup. Pada dasarnya, bayi yang mengonsumsi ASI harus menyusu setidaknya 8-12 kali per hari sejak lahir.

Di sisi lain, bagi bayi yang mengonsumsi susu formula, Bunda bisa memberikannya 30 hingga 60 ml susu per 2-3 jam sekali selama seminggu pertama pasca kelahiran. Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan bilirubin dalam darah si kecil. Dengan mengonsumsi susu yang cukup, maka bilirubin dapat terurai dengan baik dan keluar dalam bentuk tinja.

Penutup

Itulah beberapa informasi seputar penyebab bayi kuning, hingga cara mengatasinya. Pada dasarnya, kondisi ini bisa hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, sebaiknya Bunda juga perlu lebih waspada dan memberikan penanganan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Di samping itu, Bunda bisa memberikan asupan ASI yang cukup untuk membantu mengatasi penyakit kuning pada si kecil.

Nah, agar kualitas ASI tetap terjaga, Bunda juga perlu menjaga asupan nutrisi sehari-hari melalui mengonsumsi makanan bergizi. Untuk mengetahui tips menjaga kesehatan tubuh di masa menyusui, kunjungi situs New Life sekarang juga!

Produk Pilihan
Bingung Mau Pilih Korset yang Mana?